1. PROSES TERBENTUKNYA ILMU PENGETAHUAN
Secara
sederhana perkembangan ilmu pengetahuan dmulai dari rasa ingin tahu diawali
dengan pertanyaan apa atau “what” tentang sesuatu, lalu bagaimana atau “how” dan mengapa atau “why”.
Sebagai
contoh adalah perkembangan rasa ingin tahu anak-anak terhadap suatu benda, maka
pertanyaan yang diajukan oleh anak pada usia sekitar dua tahun adalah “apa” nama benda tersebut, misalkan
benda tersebut adalah pensil. Pertanyaan selanjutnya yang akan muncul pada usia
menjelang TK adalah “bagaimana” menggunakannya.
Setelah usianya lebih dewasa lagi, maka pertanyaan yang akan muncul di benaknya
adalah “mengapa” pensil dapat
digunakan untuk menulis? Dengan mendapatkan jawaban yang sesuai dengan
pertanyaan yang diajukan, maka anak tersebut akan mendapatkan pengetahuan baru
dan sekaligus rasa ingin tahunya terjawabkan.
Adanya
kemampuan berpikir pada manusialah yang menyebabkan terus berkembangnya rasa
ingin tahu tentang segala yang ada di alam semesta. Pengetahuan yang diperoleh
dari alam semesta ini selanjutnya merupakan dasar dari pengembangan ilmu
pengetahuan alam (IPA). Dengan akal yang dimiliki manusia, semua pengetahuan
dapat diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Informasi yang
dapat disimpan dan diajarkan kepada generasi berikutnya, ditambah dengan
pengetahuan yang diperoleh saat itu maka informasi tentang pengetahuan ini akan
terus bertambah dan berkembang dari generasi ke generasi berikutnya.
Secara
sederhana urutan perkembangan ilmu dimulai dari rasa ingin tahu terhadap sesuatu maka dilakukan suatu pengamatan. Berdasarkan pengamatan
berulangkali diperoleh pengalaman. Berdasarkan
pengamatan dan pengalaman yang terus-menerus diperoleh pengetahuan, semisal sifat dari benda yang diamati. Kumpulan
pengetahuan tentang sesuatu yang didapatkan secara sistematis dinyatakan ilmu pengetahuan.
2. Dasar-dasar Pengetahuan
Sebuah Pengetahuan mampu dikembangkan manusia karena :
1.
Bahasa yang bersifat komunikatif
2.
Pikiran yang mampu menalar.
3. Metode Ilmiah sebagai Dasar IPA
Metode ilmiah adalah prosedur atau cara dalam
memperoleh pengetahuan yang disebut ilmu.
Ini berarti bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode
ilmiah.
Berbagai cara dilakukan manusia untuk memperoleh
pengetahuan, baik melalui pendekatan nonilmiah maupun pendekatan ilmiah.
Penemuan ilmu pengetahuan melalui pendekatan nonilmiah
diperoleh dengan 3 cara:
1.
Prasangka
2.
Intuisi
3.
Trial and error
Penemuan ilmu pengetahuan melalui pendekatan ilmiah
juga dilakukan berdasarkan pemikiran rasional, pengalaman empiris (fakta)
maupun referensi pengalaman sebelumnya. Berdasarkan metode ini, data atau fakta
yang ada harus diuji terlebih dahulu sebelum diterima kebenarannya.
A. Kriteria
ilmu pengetahuan
Suatu
pengetahuan dapat disebut ilmu jika memenhi criteria sebagai berikut:
a.
Logis atau masuk akal
b.
Objektif
c.
Metodik
d.
Sistematis
e.
Berlaku umum atau universal
f.
Kumulatif
B.
Langkah-langkah metode ilmiah
Langkah-langkah metode ilmiah sebagai
berikut:
a.
Perumusan masalah
Yang dimaksud
masalah adalah menyangkut topic atau objek yang diteliti batasan yang jelas
serta dapat diidentifikasi faktor-faktor yang terkait. Oleh sebab itu, masalah
merupakan pertanyaan apa, mengapa atau bagaimana tentang objek yang diteliti
itu.
b.
Penyusunan Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan tentang kemungkinan
jawaban sementara tentang masalah yang ditetapkan.
c.
Pengujian Hipotesis
Merupakan upaya pengumpulan fakta yang relevan dengan
hipotesis yang diajukan dan diuji apakah fakta tersebut mendukung hipotesis
atau tidak.
d.
Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan diambil berdasarkan hasil analisis data
untuk melihat apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak. Hipotesis
yang diterima merupakan pengetahuan yang kebenarannya teruji secara ilmiah dan
merupakan bagian dari ilmu pengetahuan.
Berdasarkan logika, penarikan kesimpulan dibedakan
menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Logika
deduktif, cara berpikir dimana ditarik kesimpulan yg bersifat khusus dari
pernyataan bersifat umum.
2. Logika Induktif, terkait dengan empirisme (butuh dukungan
fakta).
2. PERKEMBANGAN DAN PENGEMBANGAN
ILMU PENGETAHUAN
Awal dari IPA dimulai pada
saat manusia memperhatikan gejala-gejala alam, mencatatnya kemudian
mempelajarinya. Pengetahuan yang diperoleh mula-mula terbatas pada hasil
pengamatan terhadap gejala alam yang ada. Kemudian makin bertambah dengan
pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemikirannya. Selanjutnya dari
peningkatan kemampuan daya pikirnya manusia mampu melakukan eksperimen untuk
membuktikan dan mencari kebenaran dari suatu pengetahuan. Dari hasil eksperimen
ini kemudian diperoleh pengetahuan yang baru. Setelah manusia mempu memadukan
kemampuan penalaran dengan eksperimen ini lahirlah IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
sebagai suatu ilmu.
Perkembangan
IPA itu sendiri mulai berkembang sangat lambat antara abad 15-16. Namum perkembangan
IPA lebih pesat setelah adanya konsep Copernicus yang kemudian diperkuat
Galileo (konsep geosentris ® konsep
heliosentris), dikenal sebagai permulaan abad ilmu pengetahuan modern
(kebenaran berdasarkan induksi). Di awal abad 20 perkembangan ipa khususnya
bidang fisika makin berkembang pesat setelah konsep fisika kuantum dan
relativitas dan bermunculan beberapa fisikawan yang terkenal seperti newton.
Hal tersebut perlu disesuaikan dengan
konsep ilmu pengetahuan ke ara pemikiran yang modern.
Perkembangan IPA tidak jauh dari kaitan Landasannya sendiri
antara lain :
1. Hipotesis
Merupakan
strata ilmu yang paling rendah, berupa dugaan atau prediksi yang diambil
berdasarkan pengetahuan atau teori yang sudah ada untuk menjawab penelitian
yang sedang dilakukan.
2. Teori
Merupakan
strata ilmu yang lebih tinggi dari hipotesis, berupa landasan ilmu yang telah
teruji kebenarannya, namun teori masih mungkin untuk dikoreksi dengan teori
baru yang lebih tepat.
3. Hukum dan dalil
Merupakan
strata ilmu yang paling tinggi, berupa teori yang telah diuji terus-menerus dan
diketahui tidak ditemukan adanya kesalahan.
Ilmu
pengetahuan akan terus berkembang sejalan dengan sifat manusia yang tidak
pernah merasa puas dengan apa yang sudah dipunyai atau diketahuinya.
Berdasarkan hal tersebut, maka IPA terbagi atas IPA Klasik dan IPA Modern.
Penggolongan ini lebih mengacu kepada konsepsi, yaitu cara berpikir, cara
memandang, dan cara menganalisis suatu fenomena alam.
IPA klasik yang
telaahannya mengikuti kaidah ilmu tradisional berdasarkan pengalaman,
kebiasaan, dan bersifat makroskopik. Sedangkan IPA modern yang bersifat mikroskopik, muncul berdasarkan
penelitian maupun pengujian dan telah diadakan pembaharuan yang dikaitkan dengan
berbagai disiplin ilmu yang ada.
2). Sejarah Perkembangan
Ilmu Pengetahuan Alam
v Zaman Kuno
Pengetahuan yang
dikumpulkan pada zaman kuno berasal dari kemampuan mengamati dan
membeda-bedakan, serta dari hasil percobaan yang sifatnya spekulatif atau trial
and error. Semua pengetahuan yang diperoleh diterima sebagaimana adanya,
belum ada usaha untuk mencari asal-usul dan sebab akibat dari segala sesuatu.
Pada saat manusia mulai
memiliki kemampuan menulis membaca dan berhitung maka pengetahuan yang
terkumpul dicatat secara tertib dan berlangsung terus menerus. Misalnya dari
pengamatan dan pencatatan peredaran matahari, ahli astronomi Babilonia
menetapkan pembagian waktu, tahun dibagi dalam 12 bulan, minggu dibagi dalam 7
hari dan hari dalam 24 jam. Selanjutnya jam dibagi dalam 60 menit dan menit
dalam 60 detik. Kemudian satuan enam puluh ini juga digunakan untuk pengukuran
sudut, 60 detik sama dengan 1 menit, 60 menit sama dengan 1 derajad dan satu
lingkaran penuh sama dengan 360o.
Demikian pula ahli
Babilonia dapat meramalkan terjadinya gerhana matahari, tiap 18 tahun tambah 10
atau 11 hari. Ini terjadi kira-kira 3000 SM.
Pada tahun 2980-2950 SM
telah dapat dibangun piramid di Mesir untuk menghormati dewa agar tidak terjadi
bahaya banjir di sungai Nil. Pembangunan piramid itu menunjukkan bahwa
pengetahuan teknik bangunan dan matematika khususnya geometri dan aritmatika
telah maju. Kurang lebih tahun 1.600 SM orang mesir telah menghitung keliling
lingkaran sama dengan tiga kali garis tengahnya sedang luas lingkaran sama
dengan seperdua belas kuadrat kelilingnya.
v Zaman Yunani Kuno
Perkembangan ilmu pengetahuan
berkembang pesat sekali pada zaman Yunani, disebabkan oleh kemampuan berpikir
rasional dari bangsa Yunani. Pada tahap ini manusia tidak hanya menerima
pengetahuan sebagaimana adanya tetapi secara spekulatif mencoba mencari jawab
tentang asal-usul dan sebab-akibat dari segala sesuatu.
Berikut beberapa tokoh
perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam
1. Thales (624-548
SM)
Ahli
filsafat dan matematika, pelopor dari segala cabang ilmu. Ia dianggap orang
pertama yang mempertanyakan dasar dari alam dan segala isinya. Thales
berpendapat bahwa pangkal segala sesuatu adalah air: dari air asal segala
sesuatu, kepada air pula ia akan kembali. Disamping itu dia juga menyatakan
bahwa bintang mengeluarkan cahaya sendiri, sedangkan bulan menerima cahaya dari
matahari.
2. Anaximenes
(588-526 SM)
Berpendapat
bahwa zat dasar adalah udara. Segala zat terjadi dari udara yang merapat dan
merenggang. Pendapat ini mungkin dihubungkan dengan kenyataan bahwa manusia itu
tergantung kepada pernafasan.
3. Anaximander
(610-546 SM)
Berpendapat
langit dengan segala isinya itu mengelilingi bumi dan sebenarnya langit yang
nampak itu hanya separuhnya.
4. ]. Heraklitos
(535-475 SM)
Menyatakan
bahwa api adalah asal segala sesuatu, sebab api ini yang menggerakkan sesuatu,
menghidupkan alam semesta, yang berubah-ubah sifatnya didalam proses yang
kekal. Yang kekal hanyalah perubahan, segala sesuatu adalah mengalir.
5.
Pythagoras (580-499 SM)
Mengemukakan
4 unsur dasar yaitu bumi, air, udara, dan api. Dalam bidang matematika
menemukan dalil yang terkenal yaitu bahwa kuadrat panjang sisi miring sebuah
segi tiga siku-siku sama dengan jumlah kuadrat panjang kedua sisi sikusikunya.
6. Empedokles
(495-435 SM)
Menerima 4 unsur dasar
menurut Pythagoras dan menyatakan bahwa sifat segala benda terjadi dari
pencampuran keempat unsur itu dalam perbandingan yang berbeda. Keempat unsur
itu adalah sifat panas, dingin, basah dan kering. Kering dan dingin membentuk
bumi, panas dan kering unsur pembentuk api. Air dari basah dan dingin, udara
dari basah dan panas. Selain itu juga dinyatakan bahwa segala benda yang
sejenis akan tarik menarik, sedang yang berlawanan akan tolak menolak.
7. Plato (427-345
SM)
Menyangkal
teori atom, yang menganggap bahwa kebaikan dan keindahan itu timbul dari
sebab-akibat mekanik. Plato menyatakan bahwa pengetahuan yang benar adalah yang
sejak semula telah ada dalam alam pikiran atau alam ide. Apa yang nampak oleh
pancaindera hanyalah bayangan belaka. Pengalaman yang kekal dan benar adalah
yang telah dibawa oleh roh dari alam yang
gaib.
8. Aristoteles
(384-322 SM)
Menerima
4 unsur dasar: tanah, udara, air dan api dan menambahkan unsur yang kelima
yaitu eter atau "quint essentia". Ia menganggap unsur yang satu dapat
berubah menjadi unsur yang lain, kecuali hal yang tak dapat berubah. Dari air
dan tanah yang menjadi masak terjadi garam, biji dan logam. Emas adalah logam
yang tidak mengandung tanah. Logam perak, tembaga, timah putih dan besi, pada
dasarnya banyak mengandung tanah. Semua logam akan mengalami proses memasak
menjadi logam mulia, yaitu emas. Pendapat bahwa unsur berubah menjadi unsur
lain inilah yang menjadi dasar dari alkimia untuk mengubah logam biasa menjadi
emas. Pendapat Aristoteles yang lain adalah bahwa untuk mencari pengetahuan
yang benar adalah dengan jalan pikiran secara deduktif. Berbeda dengan Plato,
Aristoteles menyangkal bahwa pengetahuan yang benar itu berasal dari dunia yang
gaib. Melainkan menghargai pengetahuan yang diperoleh dan dibuktikan dengan
pancaindera.
v Zaman Pertengahan
a.
Zaman Alkimia (abad 1-2)
Ahli alkimia menerima
pendapat empat buah unsur dan bahkan menambahkan tiga lagi, yaitu: air raksa,
belerang dan garam. Disini pengertian usur lebih dimaksudkan sebagai sifatnya
daripada unsur itu sendiri.
Contoh : Air raksa adalah
logam yang mudah menjadi uap.
b.
Zaman Latrokimia (latros = Tabib)
Beberapa cendekiawan Islam
diantaranya :
1. Al Khowarisni
(825)
Menyusun
buku Aljabar dan Artimatika yang kemudian mendorong penggunaan sistem desimal.
Menurut catatan sejarah karya Al Khowarisni merupakan pengembangan dari karya
bangsa Hindu yang bernama Aryabhata (476) dan Brahmagupta (628). Kemudian Omar
Khayam (1043-1132) ahli matematika dan astronomi; Abu Ibnusina (atau Avicenna,
980- 1137) menulis buku tentang kedokteran.
Secara garis besar
sumbangan bangsa Arab dalam pengembangan pengetahuan alam adalah:
·
Menerjemahkan peninggalan bangsa Yunani,
mengembangkannya dan kemudian menyebarkan ke Eropa dan selanjutnya dikembangkan
di Eropa.
·
Mengembangkan metode eksperimen sehingga memperluas
pengamatan dalam lapangan kedokteran, obat-obatan, astronomi, kimia dan
biologi.
·
Memantapkan
penggunaan sistim penulisan bilangan dengan dasar sepuluh dan ditulis dengan
posisi letak, artinya nilai suatu angka terletak pada letaknya.
Contoh :
Bilangan 2132 = paling depan berarti dua ribuan,
berturut-turut kebelakang, satu ratusan, tiga puluhan dan dua satuan. Cabang
matematika elementer yaitu aljabar diawali dan dikembangkan bangsa Arab.
v Zaman Modern, Timbulnya Ilmu Pengetahuan Alam
Pengetahuan yang terkumpul
sejak zaman Yunani sampai abad pertengahan sudah banyak tetapi belum sistimatis
dan belum dianalisis menurut jalan pikiran tertentu. Biasanya pemikiran
diwarnai cara berpikir filsafat, agama atau bahkan mistik. Setelah alat
sempurna dikembangkan metode eksperimen.
1. Roger Bacon
(1214-1294)
Menyatakan
bahwa pada hakekatnya ilmu pengetahuan alam adalah ilmu yang berdasarkan kepada
kenyataan yang disusun dan dibentuk dari pengalaman, penyelidikan dan
percobaan. Matematika merupakan dasar untuk berpikir dan merupakan kunci untuk
mencari kebenaran dalam ilmu pengetahuan.
2. Leonardo da Vinci
(1452-1519)
Pernah menyatakan bahwa:
Percobaan tidak mungkin sesat, yang tersesat adalah pandangan dan pertimbangan
kita.
3. Francis Bacon
(1561-1626)
Berpendapat
bahwa cara berfikir induktif merupakan satu-satunya jalan untuk mencapai
kebenaran. Hanya percobaan dan penyelidikan yang menumbuhkan pengertian
terhadap keadaan alam. Mulai saat itu kegiatan eksperimen ditingkatkansehingga
cara memperoleh pengetahuan dilakukan dengan langkahlangkah:
1). Observasi dan pengumpulan data
2). Menyusun model atau ramalan generalisasi
3). Melakukan eksperimen
untuk menguji ramalan atau generalisasi sehingga diperoleh kesimpulan atau
hukum yang lebih mantap.
4. Nicolas
Copernicus (1473-1543)
Ahli astronomi, matematika
dan pengobatan.
Karyanya adalah:
1). Matahari adalah pusat
dari sitim tatasurya (heliosentrisme)
2). Bumi mengelilingi
matahari sedangkan bulan mengelilingi bumi.
5. Johannes Keppler
(1571-1630)
1.
Orbit dari semua planet berbentuk elips.
2.
Dalam waktu yang sama, maka garis penghubung antara planet dan matahari selalu
melintas bidang yang luasnya sama
3.
Pangkat dua dari waktu yang dibutuhkan sebuah planet untuk mengelilingi
matahari adalah sebanding dengan pangkat tiga dari jarak rata-rata planet itu
dengan matahari.
6. Galileo Galilei
(1546-1642)
Antara
lain menemukan 4 hukum gerak, penemuan tata bulan planet Jupiter, mendukung
heliosentrisme dari Copernicus dan hukum Keppler. Ia juga menyatakan bahwa
bulan tidak datar, penuh dengan gunung, planet Mercurius dan Venus tidak
memancarkan cahaya sendiri dan juga menemukan 4 buah bulan pada planet Jupiter.
Penemuannya ini didasarkan atas pengamatan dengan alat teropong bintangnya.
Perkembangan
IPA sangat pesat setelah dikenalkannya konsep fisika kuantum dan relativitas
pada abad 20. Konsep yang modern ini mempengaruhi konsep IPA.
3). PERANAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
a. Dalam Memenuhi
Kebetuhan Manusia
Nana Syaodih S. (1997: 67)
menyatakan bahwa sebenarnya sejak dahulu teknologi sudah ada atau manusia sudah
menggunakan teknologi. Kalau manusia pada zaman dulu memecahkan kemiri dengan
batu atau memetik buah dengan galah, sesungguhnya mereka sudah menggunakan
teknologi, yaitu teknologi sederhana.
Terkait
dengan teknologi, Anglin mendefinisikan teknologi sebagai penerapan ilmu-ilmu
perilaku dan alam serta pengetahuan lain secara bersistem dan menyistem untuk
memecahkan masalah. Ahli lain, Kast & Rosenweig menyatakan Technology is
the art of utilizing scientific knowledge. Sedangkan Iskandar Alisyahbana
(1980:1) merumuskan lebih jelas dan lengkap tentang definisi teknologi yaitu
cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan alat dan
akal sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat, atau membuat lebih ampuh
anggota tubuh, panca indera, dan otak manusia.
Menurut
Iskandar Alisyahbana (1980) Teknologi telah dikenal manusia sejak jutaan tahun
yang lalu karena dorongan untuk hidup yang lebih nyaman, lebih makmur dan lebih
sejahtera. Jadi sejak awal peradaban sebenarnya telah ada teknologi, meskipun
istilah “teknologi belum digunakan. Istilah “teknologi” berasal dari “techne “
atau cara dan “logos” atau pengetahuan. Jadi secara harfiah teknologi dapat
diartikan pengetahuan tentang cara. Pengertian teknologi sendiri menurutnya
adalah cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan
akal dan alat, sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat atau membuat
lebih ampuh anggota tubuh, pancaindra dan otak manusia.
Sedangkan
menurut Jaques Ellul (1967: 1967 xxv) memberi arti teknologi sebagai”
keseluruhan metode yang secara rasional mengarah dan memiliki ciri efisiensi
dalam setiap bidang kegiatan manusia”Pengertian teknologi secara umum adalah:
·
proses
yang meningkatkan nilai tambah
·
produk
yang digunakan dan dihasilkan untuk memudahkan dan meningkatkan kinerja
·
Struktur
atau sistem di mana proses dan produk itu dikembamngkan dan digunakan
Kemajuan teknologi adalah
sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan ini, karena kemajuan
teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Setiap inovasi
diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia. Memberikan
banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan aktifitas manusia.
Khusus dalam bidang teknologi masyarakat sudah menikmati banyak manfaat yang
dibawa oleh inovasi-inovasi yang telah dihasilkan dalam dekade terakhir ini.
Namun demikian, walaupun pada awalnya diciptakan untuk menghasilkan manfaat
positif, di sisi lain juga juga memungkinkan digunakan untuk hal negatif.
b. Dalam Perikebutuhan Manusia
Ilmu dalam bidang IPA dan
pemanfaatannya dapat kita bedakan dalam IPA dasar atau murni, IPA terapan, dan
teknologi. IPA dasar, IPA terapan, dan teknologi mengkaji bahan pokok yang
sama, yaitu alam. Perbedaan ketiganya terletak pada aspek yang dikajinya.
Menurut Amor et al. (1988) ilmuwan IPA dasar mencoba untuk memahami bagaimana
alam bekerja. Sedangkan ilmuwan IPA terapan mencoba mencari cara untuk
mengendalikan cara alam bekerja. Ahli teknologi memanfaatkan penemuan IPA dasar
dan IPA terapan untuk membuat alat guna mengendalikan cara alam bekerja.
Menurut White & Frederiksen (2000) IPA dapat dipandang sebagai proses untuk
membentuk hukum, model, dan teori yang memungkinkan orang untuk memprediksi,
menjelaskan, dan mengendalikan tingkah laku alam.
Konsep-konsep IPA dasar
terbentuk dari keingintahuan mengenai sesuatu yang belum diketahui orang,
keingintahuan itu menuntun ke arah mencari prinsip atau teori yang dapat
diperoleh dari hasil pengkajian, yaitu melalui percobaan. Pengkajian ini
merupakan pengkajian yang tidak bermaksud untuk mencari kondisi atau proses
optimal yang diharapkan, melainkan hanya untuk memenuhi penjelasan dari objek
(benda dan energi) dan peristiwa alam. Konsep-konsep IPA dasar merupakan
konsep-konsep IPA mengenai kondisi, interaksi, dan peristiwa dari kondisi yang
normal (biologi) atau ideal (fisika). Dalam konsep-konsep IPA dasar, seringkali
ada variabel (parameter), yang dalam kenyataannya berpengaruh, tidak dimasukkan
ke dalam konsep-konsepnya. Konsep-konsep itu sengaja disusun secara ideal atau
normal agar berlaku umum, yang berarti dapat digunakan kapan saja dan dimana
saja. Keberlakuan umum konsep-konsep tersebut luas, sehingga berfungsi sebagai
konsep-konsep dasar bagi IPA terapan dan teknologi. Para ilmuwan menempatkan
IPA dasar sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu terapan dan teknologi.
Dampak
atau efek dari ilmu alamiah dan teknologi yang telah dikembangkan manusia dalam
rangka memenuhi kebutuhannya sehingga lebih mudah dan menyenangkan dapat
bersifat positif artinya benar-benar bermanfaat, dan dapat juga bersifat
negatif, karena menimbulkan akibat sampingan. Akibat itu bila dibiarkan akan
membawa malapetaka. Karena itu, manusia setalah mengetahui beberapa hasil ilmu
alamiah dan teknologi , mencoba mengatasi juga dengan ilmu alamiah dan
teknologi yang baru.